Minggu, 22 April 2012

Pancasila Hanya Hiasan ?





Aku mencoba untuk mengilustrasikan zaman ke zaman terhadap penghargaan terhadap pahlawan negeri ini untuk menciptakan dasar negara.


Guru : Murid-murid, sila pertama pancasila berbunyi ?
Murid 1 : Ketuhanan yang maha esa.


Guru : Bagus, lalu, sila ke-2, Murid 2 !
Murid 2 : Kemanusiaan yang adil dan beradab.






Guru : Lalu, selanjutnya, Murid 3 !
Murid 3 : Persatuaan Indonesia.


Guru : Hebat, lalu, Murid 4 !
Murid 4 : Eng, kemanusiaan yang beradab dan adil.


*Gubrak*


Ilustrasi tersebut aku buat berdasarkan kenyataan yang saya lihat di salah satu acara televisi. Jangankan diamalkan, dihafalkan pun tidak. Begitulah mirisnya Pancasila di negara kia.


Lihat saja, mirisnya pengamalan pancasila di negara ini melalui ilustrasi yang aku buat lagi :


SILA PERTAMA


A : Agama lu itu menyimpang ! Seharusnya nggak boleh ada di dunia ini !
B : Mulut lu jaga ya ! Agama lu juga ! NGACA !
A : Sorry, agama gua lebih benar daripada lu !
B : Eh, lu, jangan sok tau, ya ! AGAMA GUA LEBIH BENER, TAUK !


A dan B saling mengadu ke pembesar agamanya, dan akhirnya, terjadi kericuhan antaragama.


Bunyi sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa.
Seharusnya, setiap orang menghormati agama lain. Setiap orang itu berhak menganut agamanya sendiri. Jangan ganggu orang tersebut beribadah, jangan ganggu jalannya. Itu jalannya, urus saja jalanmu sendiri.

SILA KEDUA


Di mobil, di sebuah kawasan bagian di Jakarta, di lampu merah.
Turis : I'm very happy with this country ! I hear the villager's of this country is very-very polite.
Supir : Ah, sir. Jangan terlalu bangga dulu. You doesn't know what is the bad side of this country.
Turis : Is it very bad ?
Supir : You'll find out soon.


*Selang berapa lama, muncullah preman-preman yang merusak kaca spion. Salah satu preman menghampiri mobil turis tersebut dan merusak kaca spionnya*


Turis :  (Translate) Ah, aku mau menarik ucapanku tadi !
Supir : Ah, selamat, Sir. Kamu mengetahuinya secara cepat.


Bunyi sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan Beradab.
Bagaimana cara mengamalkannya ? Mudah saja, pilahlah sikapmu ! Perbaiki sikapmu ! Ciptakan iklim yang baik bagi negara ini.

SILA KETIGA


Perdebatan wilayah tanah tanpa surat. (Hanya pakai batas tertentu)
A : Ini tanahku ! Kamu ini ! Sa'enak 'ndewe mendirikan bla bla...
B : Enak saja ! Ini tanah saya !
A : Wilayahku dari sini sampai pohon duren sana !
B : Enak aja, Aku disini sampai pohon pete sono !
A : Enak aja ! Bacok lu ! *nampar B*
B : Main tampar-tampar ! Bla bla bla...


Tumpahlah perdarahan  perkelahian saat itu juga.


Bunyi sila ketiga : Persatuan Indonesia.
Cara mengamalkannya ? Mudah saja, hanya ada dua sifat yang harus kita miliki : Toleransi dan simpati.


SILA KEEMPAT


Moderator : Ya, untuk saudara B, dipersilahkan memberi usul.
B : Begini, gimana kalau perusahaan ini bla bla bla...
A : Eh, gua nggak setuju ! Itu merugiin !
B : Sabar, Gua belum selesai bicara
A : Eh, lu ! Jangan banyak bacot ! Usul lu itu hanya ngerugiin semata !
B : Eh, NGACA ! Usul lu bagaimana !? Masih mending gua ngasih usul ! Daripada lu, plenga-plongo ngga jelas.


Dan rapat tersebut diakhiri dengan kericuhan.


Bunyi sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat permusyawaratan perwakilan.
Nah, yang ini nih, udah jarang keliatan. Ya, sih, keliatan. Tapi, penempatannya nggak tepat, misal, demo yang ujung-ujungnya ricuh. Cara mengamalkannya ? Dua sifat saja, Tenggang rasa dan menghormati pendapat orang lain.


SILA KELIMA


Kalau bagian ini, saya tidak bisa memberikan ilustrasinya, karena, pelecehan terhadap bagian ini dapat kita lihat di media televisi sehari-hari.


Lihat saja, pemerintahan yang korup, kemiskinan yang menjamur, DPR yang sa'enak 'ndewe, yang harusnya memikirkan rakyat malah nyusahin rakyat.


Bunyi sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Pengamalannya ? Mudah, Simpati. Memberi. Mengasihani.

0 komentar:

Posting Komentar